Pertanyaan yang sering ditanyakan di berbagai kesempatan,
maupun di berbagai mailing list di Internet. Mulai dari pertanyaan yang sopan -
keuntungan apa yang dapat diperoleh rakyat Indonesia dari berbagai kebijakan
publik dari pemerintah? Sampai ke
pertanyaan yang sangat sarkastik – mana gigi Meneg Kominfo? Koq POSTEL tidak
memihak kepada rakyat?
Harus di akui
bahwa “ada” beberapa kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah di bidang
teknologi informasi. Kunci masalahnya adalah – apakah kebijakan yang dibuat
pemerintah terasa akibat positif-nya kepada rakyat? Apakah rakyat diberdayakan
oleh kebijakan yang ada? Atau hanya omong doang semata?
Sialnya, terus terang, semakin sering saya berinteraksi dengan pemerintah semakin cape hati ini – karena sebagian besar kebijakan publik khususnya di bidang teknologi informasi, sebagian besar bicara pada tingkat tinggi (tidak membumi), tidak terasa dampaknya untuk rakyat banyak, tidak transparan dalam proses pembuatannya, di buat bukan oleh orang lapangan (tapi birokrat teoritikus yang duduk dibelakang meja atau mendengerkan seminar saja). Sejauh ini hanya satu bidang di pemerintah yang harus saya acungkan jempol dibidang IT yaitu Pak Gatot HP gatothp@aol.com Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan di DIKNAS yang di bawah kepemimpinannya telah secara drastis mengkaitkan 1200 SMK (dari 4000 SMK) ke Internet. Bahkan beliau juga sangat aktif menjawab e-mail, berdiskusi bahkan menerima kritik di berbagai mailinglist Internet seperti dikmenjur@yahoogroups.com.
Sialnya, terus terang, semakin sering saya berinteraksi dengan pemerintah semakin cape hati ini – karena sebagian besar kebijakan publik khususnya di bidang teknologi informasi, sebagian besar bicara pada tingkat tinggi (tidak membumi), tidak terasa dampaknya untuk rakyat banyak, tidak transparan dalam proses pembuatannya, di buat bukan oleh orang lapangan (tapi birokrat teoritikus yang duduk dibelakang meja atau mendengerkan seminar saja). Sejauh ini hanya satu bidang di pemerintah yang harus saya acungkan jempol dibidang IT yaitu Pak Gatot HP gatothp@aol.com Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan di DIKNAS yang di bawah kepemimpinannya telah secara drastis mengkaitkan 1200 SMK (dari 4000 SMK) ke Internet. Bahkan beliau juga sangat aktif menjawab e-mail, berdiskusi bahkan menerima kritik di berbagai mailinglist Internet seperti dikmenjur@yahoogroups.com.
Sayangnya, figur Pak Gatot HP ini tidak ada di jajaran
birokrat yang lain, baik di BAPPENAS, POSTEL, Meneg KOMIN, DEPHUB, INDAG yang
dengan berani setiap hari berinteraksi dengan masyarakat melalui mailin list
terbuka (public) di Internet. Kebanyakan para birokrat ini saya perhatikan
lebih banyak berinteraksi dalam ruang seminar, ruang rapat dengan jumlah publik
& wartawan yang terbatas, yah tidak terlalu mengherankan jika kebijakan
yang dibuat juga tidak terlalu berpihak kepada masyarakat banyak. Padahal yang
digembar gemborkan, ingin membuat e-government-lah, UU Teknologi Informasi-lah,
membuat National Information Technology Framework-lah dll. Tapi keberanian untuk
secara terbuka & transparan berinteraksi dengan rakyat via e-mail tidak
berani. Padahal kenyataannya mereka “mengclaim” mandat untuk mengatur
masyarakat IT – sialnya, tanpa mau berinteraksi dengan masyarakat IT, dengan
cara interaksi standar di masyarakat IT, yaitu secara transparan melalui
mailing list public di Internet.
Terus terang, setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia
IT Indonesia, yang saya lihat kenyataan di lapangan yang ada. Bukan pemerintah
sebetulnya yang memberdayakan masyarakat IT Indonesia. Secara de facto rakyat
Indonesia lebih banyak berdayakan (di empower) oleh media massa khususnya yang berkaitan dengan
IT, seperti Infokomputer, Neotek, PCPlus, Mikrodata, Chip, Warta Ekonomi, Swa,
KOMPAS, Koran TEMPO, InfoLinux dll. maupun berbagai penerbit seperti Elexmedia,
Andi Offset, Gramedia dll. Yang memperoleh banyak supply bahan pencerahan dari
banyak penulis, hacker yang ada di Internet. Terus terang, pemberdayaan melalui
media dengan supply tulisan dari para penulis & hacker ini yang akhirnya
justru membuka wawasan banyak orang Indonesia tentang IT. Biasanya diskusi
kemudian dilanjutkan di berbagai mailing list dunia maya.
Belum lagi berbagai acara seminar, ceramah, workshop,
roadshow, talkshow, pameran yang di kerjakan oleh berbagai komunitas untuk
mencerdaskan masyarakat sekitar seperti yang dilakukan oleh APKOMINDO,
paguyuban wartawan IT Prasasti, IndoWLI, AWARI, Jaringan Informasi Sekolah
(JIS) di berbagai kesempatan. Frekuensi acara biasanya cukup tinggi,
kadang-kadang satu minggu bisa penuh setiap hari ada acara beberapa bahkan
bukan mustahil bertabrakan jadwal acara. Pengalaman saya menunjukan bahwa kota
Jogyakarta barangkali merupakan kota yang mempunyai aktifitas acara IT yang
bersifat praktis / pragmatis yang paling tinggi di Indonesia. Di Jakarta,
kebanyakan acara IT yang ada bersifat strategi & bicara pada level yang
agak tinggi – tidak terlalu menarik untuk praktisi lapangan yang kecil-kecil.
Di tahun 2001 mendatang tampaknya gerakan yang dilakukan
oleh rekan-rekan APKOMINDO, IndoWLI, AWARI maupun Prasasti tampaknya tidak akan
semakin mengendur bahkan akan semakin menggebu & menggila. Beberapa rencana
roadshow ke berbagai kota tampaknya tengah di siapkan.
Dari sekian banyak kegiatan, barangkali kegiatan
rekan-rekan wartawan IT di paguyuban Prasasti & JIS yang paling menarik
hati saya, di motori oleh rekan Donny BU (donnybu@ictwork.org)
& Bona (bona@jawis.net) mereka
mengadakan roadshow ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan IT langsung kepada
para siswa sekolah. Ratusan murid perwakilan dari beberapa puluh sekolah di
Jakarta telah merasakan pembekalan yang dilakukan oleh Prasasti & JIS
tersebut. Terakhir bahkan dalam bentuk workshop untuk instalasi Linux di SMK
Penabur di daerah Grogol.
Justru kegiatan-kegiatan positif ini berjalan dengan
sendirinya, secara mandiri, swadana, swadaya masyarakat – tanpa utangan Bank
Dunia, tanpa ribut-ribut menghabiskan uang APBN, tanpa campur tangan pemerintah
sama sekali. Yang sering memalukan adalah usaha yang dijalankan oleh
rekan-rekan di lapangan secara suka rela ini sering kali di claim oleh
pemerintah sebagai keberhasilan Indonesia, sungguh memalukan.
Mungkin tanpa ada pemerintah kehidupan kita di dunia IT
lebih baik daripada hari ini? Entah lah. Yang pasti masyarakat justru lebih
banyak memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh para aktifis IT
yang ada di masyarakat yang banyak di bantu oleh media massa, bukan usaha para
birokrat di pemerintahan.
0 komentar:
Posting Komentar