-->

Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 03 Juni 2013

Arah Pergerakan Infrastruktur Internet di Indonesia

Dalam tulisan singkat ini kami mencoba melihat arah pergerakan & strategi yang perlu di ambil di infrastruktur IT khususnya Internet di Indonesia yang paling mungkin & paling masuk akal untuk kepentingan banyak orang Indonesia. Pola fikir yang dikembangkan akan berawal
dari visi / tujuan yang jelas kemudian berlanjut ke strategi hingga kemungkinan taktis pelaksanaan di lapangan. Tentunya pola ini dikembangkan berdasarkan kondisi yang ada di Indonesia & tidak terlalu mengawang di atas.
Visi / Arah Tujuan
Cara paling sederhana untuk melihat arah pergerakan infrastruktur Internet di Indonesia adalah dengan menjadikan jumlah pengguna sebagai parameter utama-nya. Dalam tujuan yang di usulkan dalam Kerangka Teknologi Informasi Nasional (National IT Framework) yang dikembangkan oleh BAPPENAS (http://www.bappenas.go.id) tertera kata-kata:

“Menyediakan akses universal terhadap informasi kepada masyarakat luas secara adil dan merata.”

Memang kata-kata demikian cukup general & agak sulit dijabarkan dalam bentuk yang lebih detail dalam startegi maupun tingkat rencana taktis. Tapi paling tidak ada esensi utama yang menginginkan untuk pemberian akses kepada informasi bagi masyarakat luas di Indonesia. Dalam bentuk yang lebih taktis & realistis bagi Indonesia sebetulnya kami melihat arah perkembangan infrastruktur Internet yang realistis adalah:

“Meningkatkan aksesibilitas kepada dunia informasi (melalui Internet) paling tidak bagi 20-an juta orang Indonesia di tahun 2003”

Memang secara realistis agak sulit untuk memberikan akses secara merata bagi semua masyarakat di Indonesia karena banyak hal tidak hanya secara teknis & infrastruktur saja, tapi juga masalah sosial, budaya, tingkat pendidikan, kualias SDM dll. yang ternyata sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam mengakses dunia informasi secara baik & benar. Belum lagi kenyataan yang ada bahwa pemerintah saat ini cukup dipusingkan dengan anggaran belanja yang defisit maupun prioritas lain yang lebih penting seperti integritas bangsa.Tulisan ini berusaha melihat arah yang paling realistis bagi infrastruktur Internet agar dapat tercapai tujuan realistis di atas.
Potensi Massa Internet di Indonesia
Jumlah pengguna digunakan sebagai parameter yang paling realistis dalam mengembangkan pola strategi / arah tujuan pergerakan infrastruktur Internet. Tentunya akan lebih baik lagi jika kita bisa memperoleh rasio jumlah massa / jumlah saluran sambungan sebesar mungkin – artinya sedapat mungkin menggunakan saluran sambungan sesedikit mungkin agar dapat mengkaitkan massa sebesar mungkin; agar penghematan infrastruktur dapat dilakukan semaksimal mungkin. Dengan berlandaskan pemikiran sederhana yaitu mengkaitkan pusat-pusat massa yang ada, maka secara naluriah cara paling sederhana adalah mengidentifikasi pusat massa tersebut & mengkaitkannya ke Internet. Hasil diskusi kami menunjukan paling tidak ada beberapa pusat massa yang potensial untuk mendongkrak jumlah pengguna Internet di Indonesia seperti tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel. Potensi Massa
Pusat Massa    Jumlah    Potensi Massa
Wartel/Warnet    150.000    30 juta orang
Universitas / Akademi    1300    5 juta orang
SMK    4000    4 juta orang
SMU    10.000    7 juta orang
Pesantren    10.000    7 juta orang
Bisnis / Perkantoran    -    10 juta orang
      
Jumlah Institusi Potensial    ~180.000+  
      

Teknik paling sederhana yang mungkin dikembangkan adalah teknik-teknik warung internet yang memungkinkan penggunaan bersama satu saluran komunikasi / telepon untuk beberapa komputer di sebuah institusi. Melihat statistik di atas dapat kita perkirakan segmentasi potensi pengguna adalah:

Segmen Pengguna    Jumlah Potensi Massa
Umum    30 juta orang
Pendidikan    23 juta orang
Umum    10 juta orang
  
Total Potensi Pengguna Aktif    63 juta orang

Tampak jelas dalam penjelasan awal ini bahwa di Indonesia sebetulnya mengandung potensi pengguna aktif Internet sekitar 63 juta orang, belum jika kita menginginkan untuk mengkaitkan SMP & SD kedalam Internet maka cerita akan menjadi lebih seru lagi. Yang menjadikan cerita menjadi sangat menarik karena untuk mengkaitkan 63 juta orang tadi hanya dibutuhkan:

    ~180.000+ saluran sambungan.

Sebuah angka yang sangat kecil di bandingkan dengan jumlah total sambungan telepon yang ada di seluruh Indonesia. Untuk lebih ekstrim-nya jika kita memfokukan effort tersebut ke dunia pendidikan yang memiliki massa yang paling aktif di dunia informasi karena mereka adalah orang muda & biasanya sangat suka akan hal-hal yang baru & canggih maka kita dengan mudah melihat sekitar 23 juta orang di Internet di Indonesia dan membutuhkan sekitar 25.000 saluran sambungan saja! Memang ini bukan main kecil-nya memang di bandingkan jumlah SSL yang ada di Indonesia – tapi mampu untuk mengkaitkan sekitar 23 juta orang Indonesia ke Internet menggunakan teknik WARNET yang memungkinkan akses Internet secara bersama-sama beberapa komputer sekaligus.

Dalam bahasa strategi yang sangat sederhana, sebetulnya jika saja DIKNAS mau mengempower dunia pendidikan di Indonesia agar mau terkait ke Internet – kita akan dengan mudah melihat 20-an juta bangsa ini terkait ke Internet pada tahun 2003. Infrastruktur yang perlu di korbankan untuk itu semua juga tidak terlalu banyak hanya sekitar 25.000 saluran sambungan saja, dari 6 juta saluran sambungan yang ada di seluruh Indonesia. Jelas disini bahwa benefit maupun rasio jumlah pengguna / jumlah saluran sangat besar sekali.
Ekspektasi Aplikasi Internet di Indonesia
Menyambungkan diri ke Internet tentunya bukannya tanpa tujuan yang jelas, jangan-jangan nanti hanya mengambil gambar porno saja. Sebetulnya ada beberapa aplikasi yang diharapkan menjadi killer apllication bagi pengguna Internet di Indonesia, secara realistis kami melihat ada minimal tiga (3) bentuk utama, yaitu:

•    Berkomunikasi (2 arah)
o    Suara (VoIP) – merupakan aplikasi yang paling menarik & paling di nanti banyak orang.
o    E-mail, chatting & video conferencing.
o    Aplikasi ini menjadi paling menarik karena pada dasarnya orang Indonesia paling suka bersilaturahmi, ngobrol, ngerumpi. Aplikasi ini akan menjadi killer application pertama yang akan menyebabkan Internet menjadi booming.
•    Sumber Informasi (1 arah)
o    Community Telecenter
o    Information Retrieval, browser
o    Internet sebagai sumber Informasi
o    Merupakan servis-servis standar yang ada di Internet yang telah lama membuat Internet menjadi booming. Memang harus di akui bahwa sebagian besar informasi yang ada di Internet untuk di retrieve / di ambil umumnya masih berbahasa inggris, oleh karena itu kemampuan berbahasa inggris di sekolah-sekolah menjadi sangat penting sekali.
•    Servis (transactional)
o    e-government
o    teleducation
o    e-commerce
o    Merupakan aplikasi masa datang yang menjanjikan, yang perlu dibina / di pupuk pembentukan institusi maupun perangkat hukumnya dari sekarang. Tentunya faktor sosial & budaya tidak kalah pentingnya.

Content akan memegang peranan yang sangat penting di dunia informasi khususnya yang Internet. Kami mengidentifikasi minimal ada tiga (3) content utama yang akan menjadi tumpuan utama pergerakan infrastruktur Internet di Indonesia agar berjalan ke arah yang positif (tidak merusak) dan sinergi dengan perkembangan sosial, budaya dari masyarakat Indonesia. Adapun content beserta beberapa contoh Web yang menarik tersebut adalah:

•    Pendidikan
o    http://www.kidlink.org - merupakan lembaga non-profit dengan misi sangat sederhana yaitu memfasilitasi puluhan ribu anak-anak kecil / muda di seluruh dunia untuk saling mengenal dan bertukar pendapat tentang berbagai hal melalui Internet yang pada akhirnya akan membuka wawasan sosial & budaya anak-anak yang terlibat.
o    http://www.yahooligans.com - merupakan salah satu portal yang terbaik untuk anak-anak, orang tua & guru. Banyak sekali ide yang dapat dikembangkan oleh orang tua maupun guru untuk mendidik anak-anak maupun resource untuk anak-anak dalam belajar.
•    Bisnis (profesional)
o    http://www.verticalnet.com - merupakan portal komunitas B2B yang sifatnya vertikal dalam banyak komunitas.
•    Bisnis (UKM)
o    http://www.sba.gov - memperlihatkan secara lugas & cantik sekali, pola yang dipakai pemerintah amerika serikat (US) dalam memberdayakan usaha kecil & menengah di US. SBA adalah Small Business Administration. Sebuah UKM cukup masuk ke portal ini untuk memperoleh gambaran bagaimana cara memulai berusaha yang paling baik maupun melihat peluang yang ada.
o    http://www.indo.com - dikembangkan oleh beberapa teman Indonesia, merupakan portal berbasis dunia pariwisata dan banyak mendukung usaha kecil & menengah di Bali khususnya.

Gambaran Global Kondisi Infrastruktur IT pada Saat Ini (tahun 2000)
Sebelum kita memasuki pembahasan tentang strategi maupun taktis yang perlu dikembangkan untk mendukung terkaitnya 20 juta orang Indonesia ke Internet sampai tahun 2003 ada baiknya kita melihat gambaran global dari infrastruktur IT yang ada di Indonesia pada saat ini. IT sering kali kita definisikan sebagai konversgensi dari 3C, yaitu:

•    Computer
•    Communication
•    Content

Kondisi pada hari ini:

•    Ada sekitar 2.2 juta komputer di seluruh Indonesia, artinya hanya sekitar 1% dari total penduduk yang bisa mengakses komputer.

•    Kondisi infrastruktut teleponi dasar (suara):
o    6.08 juta satuan sambungan; artinya tingkat penetrasi-nya masih 2.8% dari jumlah populasi bangsa Indonesia. Atau masih sekitar 3 sambungan untuk setiap 100 orang Indonesia.
o    2.2 juta pengguna telepon selular.

•    Kondisi infrastruktur non-dasar cukup menarik dengan:
o    76 pager operator.
o    8 public VSAT operator.
o    4-5 GMPCS lisensi yang di berikan.
o    1 cable tv lisensi operator di berikan.

•    Kondisi infrastruktur Internet di Indonesia, tampaknya semakin menarik lagi dengan:
o    139 Lisensi ISP telah dikeluarkan oleh DEPHUB cq DITJEN POSTEL yang tampak pada gambar statistik tahunannya.
o    66 ISP aktif beroperasi & menawarkan layanan akses Internet.
o    Lebih 100 kota, seluruh propinsi Indonesia.
o    Ada beberapa fasilitas Bersama APJII
    APJII IIX
    APJII IDNIC (registrasi domain).
    Domain Registration & NIR (APNIC) – untuk IP address.
o    Pertumbuhan domain ID cukup pesat dengan statistik yang meningkat terus. Tampak pada gambar selanjutnya adalah untuk domain co.id, or.id, ac.id & net.id.













o    Berdasarkan data yang ada pada teman-teman di APJII, kategori pengguna Internet di Indonesia dibagi dua (2) bagian besar, yaitu (a) pelanggan dan (b) pemakai Internet. Pelanggan adalah yang berlangganan secara langsung ke ISP. Pemakai adalah pengguna Internet yang tidak hanya secara langsung berlangganan ke ISP, misalnya pengguna di Warung Internet (WARNET). Pada tahun 2000 ini, perkiraan jumlah pelanggan Internet di Indonesia sekitar 300-400.000 orang dengan jumlah pemakai sekitar 1.4 juta orang. Adapun statistik pengguna Internet di Indonesia cukup positif menanjak terus setiap tahun seperti tampak pada gambar. Yang jika di ekstrapolasi sebetulnya kita melihat karakteristik doubling setiap tahun dan cukup realistis untuk mencapai 20 juta pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2003 – tentunya dengan strategi yang benar. Pada gambar selanjutnya diperlihatkan juga segmentasi subscriber dari beberapa ISP yang cukup besar di Indonesia. Yang belum terlihat dalam data yang ada adalah pola penyebaran pengguna Internet di luar Jakarta.
Overview Teknologi Internet
Overview secara lebih detail tentang teknologi Internet ada baiknya membaca berbagai Request For Comment (RFC) yang tersebar di beberapa situs di Internet, seperti di http://www.internic.net. Maupun membaca dokumentasi & manual software yang sifatnya terbuka seperti Linux & FreeBSD yang biasanya terdapat di directory /usr/doc.

Karakteristik Umum Teknologi Internet ini adalah:
•    Open System
•    Umumnya Open Source (terbuka source code-nya)
•    Multiplatform (tidak tergantung pada satu jenis komputer).
•    Biasanya hampir tidak di kontrol secara teknologi oleh pemerintah, lebih banyak di kontrol oleh komunitas di Internet itu sendiri.

Internet sendiri merupakan:
•    Jaringan (network) dari PC / komputer yang saling terkait.
•    Praktis tidak dikendalikan secara terpusat, akan tetapi lebih merupakan kerjasama antar operator / komputer.

Keuntungan utama penggunaan Internet sebagai infrastruktur untuk mengakses informasi & pengetahuan karena:
•    Perangkat lunak yang dibutuhkan biasanya sudah ada di operating system PC.
•    Perangkat lunak tsb biasanya sudah ada di Windows.
•    Bagi yang tidak mempunyai cukup banyak uang untuk membeli perangkat lunak, maka tersedia Linux lebih murah (gratis).

Share resource & akses untuk menekan biaya:
•    Berbeda dengan media telefoni biasa, maka di Internet dimungkinkan penggunaan secara bersama satu buah saluran beramai-ramai oleh beberapa PC dalam satu LAN.
•    Teknik packet switching yang merupakan bagian inti dari jaringan internet memungkinkan proses integrasi, sharing resource & sharing akses dilakukan dengan mudah & murah.
•    Teknik Warung Internet yang berkembang di Indonesia & menjadi alternatif bagi 60-70% pengakses Internet di seluruh Indonesia memungkinkan proses integrasi masyarakat Indonesia ke Internet dilakukan secara mudah. Bermodalkan sekitar Rp. 30-100 juta sebuah Warnet dapat di bangun & dapat mengembalikan modal-nya dalam waktu sekitar 1-1,5 tahun jika dilakukan dengan baik. Oleh karena itu pada prinsipnya Warnet merupakan sarana akses yang sangat feasible dan dapat dibiayai secara swadaya masyarakat tanpa perlu terlalu banyak campur tangan pemerintah.
Model Jaringan Internet
Untuk melihat secara umum pola akses yang dikembangkan untuk mengkaitkan 20 juta bangsa ini ke Internet di tahun 2003, ada baiknya kita melihat secara lebih seksama model jaringan Internet yang dikembangkan di Indonesia.

Secara umum model jaringan Internet dapat kita lihat sebagai tiga (3) lapisan utama, yaitu:

1.    Lapisan Aplikasi.
2.    Lapisan Internet.
3.    Lapisan fisik infrastruktur telekomunikasi (biasanya di bagi dua yang sifatnya satu arah dan interaktif / dua arah).

Pada gambar di perlihatkan model sederhana dari jaringan Internet tersebut. Secara umum ada empat (4) entitas jaringan Internet yang dikembangkan yang akan mengkaitkan pengguna Internet yang kemungkinan merupakan:

•    Pengguna rumahan.
•    Pengguna corporate.
•    Warung Internet (Warnet)
•    Dunia Pendidikan (secara teknologi juga merupakan Warnet).

Adapun ke empat (4) entitas jaringan Internet tersebut adalah:

•    Network Access Provider (NAP) – merupakan jaringan Internet berkecepatan tinggi antar kota maupun dalam kota yang mengkaitkan berbagai ISP, ITSP maupun akses ke global Internet melalui sambungan leased line internasional. Jarang ada end user yang tersambung langsung ke NAP, kecuali mungkin perusahaan-perusahaan multinasional yang menginginkan akses yang cepat & kompleks. NAP bisa lebih dari satu & saling terinterkoneksi satu dengan lainnya.
•    Internet Service Provider (ISP) – merupakan penyelenggara jasa akses ke Internet bagi pengguna di rumah, warnet, corporate maupun lembaga pendidikan. Untuk akses di berbagai kota di Indonesia biasanya ISP ini akan bekerjasama dengan pengusaha lokal di kota masing-masing untuk membangun POP yang umumnya menggunakan pola bagi hasil.
•    Internet Telephoni Service Provider (ITSP) – dari artinya kita tahu bahwa jenis jasa ini akan melayani jasa Voice over Internet Protocol (VoIP).
•    Point Of Precense (POP) – merupakan node di berbagai kota di Indonesia tempat pengguna mengakses Internet. POP biasanya merupakan cabang sebuah ISP di sebuah kota. Kadang-kadang POP ini disebut juga sebagai subnet dari ISP yang bersangkutan.

Proses pengkaitan pengguna Internet akan sangat tergantung pada infrastruktur telekomunikasi yang digunakan. Adapun beberapa jenis infrastruktur telekomunikasi yang akan menjadi sangat menarik untuk aplikasi Internet & IT di Indonesia dapat di identifikasi sebagai berikut:

•    Satu arah (broadcast)
o    Frekuensi Radio (TV, satelit, radio)
o    Kabel (kabel TV)

•    Dua arah (interaktif)
o    Bergerak
•    Terrestrial
•    Selular
•    GMPCS
o    Tetap
•    Akses Network
•    Circuit Switch (POTS, xDSL FTTH/C)
•    Packet Switch (ATM, FR)
•    Leased line
•    Kabel (E1)
•    Radio (VSAT, WLAN, IR, MMDS, LMDS)
•    Cable TV (HFC)

Langkah Strategis Menuju 20 Juta Indonesia di Internet
Ada beberapa aspek / fokus yang kami lihat akan sangat strategis untuk keberhasilan pengkaitan 20 juta Indonesia ke Internet di tahun 2003. Adapun aspek tersebut dapat dibagi tiga (3), yaitu:

1.    Strategi infrastruktur yang meliputi infrastruktur frekuensi, kabel dan aksesibilitas
2.    Strategi Sumber Daya Manusia (SDM)
3.    Strategi Regulasi.

Langkah Strategis di Bidang Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen yang paling penting yang harus di tangani secara serius agar pemanfaatan teknologi informasi memberikan effek yang sangat positif bagi kemajuan seluruh bangsa Indonesia. Beberapa langkah strategis minimal yang harus dijalankan adalah:
•    Mendorong pemanfaatan internet di dunia pendidikan. Mendorong dalam hal ini mungkin saja dari pemberian kemudahan infrastruktur telekomunikasi, kemudahan investasi peralatan komputer, menjadikan internet sebagai salah satu sarana alternatif pendidikan. Mendukung terrealisasinya inisiatif sekolah2000 ke seluruh sekolah-sekolah di Indonesia
•    Mendorong sosialisasi / awareness berupa seminar, roadshow, workshop, membuatan buku. Sebagian besar merupakan kegiatan swadaya & swadana. Melakukan kegiatan yang mengedepankan aspek bimbingan dan pendidikan terhadap pusat komunitas yang bersifat komersial, seperti perkantoran dan warnet.
•    Menggalakkan penerbitan buku-buku atau buku elektronik (CD-ROM) mengenai Teknologi Informasi dalam bahasa Indonesia.
•    Insentif untuk semua kegiatan R&D maupun pengembangan pengetahuan uyang hasilnya untuk disebarluaskan ke masyarakat banyak. Sering kali kegiatan R&D yang disponsori oleh berbagai lembaga di Indonesia pada akhirnya hasilnya tersimpan di lemari saja & kurang di sosialisasikan ke masyarakat banyak.
•    Program Universal Service Obligation (USO) bagi  akses Internet bagi ISP (tidak harus gratis) dalam menginternetkan pendidikan.
•    Perlu negosiasi lebih dekat dengan DIKNAS khususnya untuk memberdayakan dunia pendidikan agar bisa semaksimal mungkin memanfaatkan Internet, beberapa hal yang penting misalnya permudah ijin pendidikan jarak jauh & lepaskan “monopoly” universitas terbuka, pengembangan jaringan digital library.

Pendidikan merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan peningkatan jumlah pengguna Internet di Indonesia, sekedar infrastruktur tidak akan berpengaruh banyak jika tidak di barengi oleh usaha paralel dari dunia pendidikan karena Internet hanya mungkin dimanfaatkan secara maksimal oleh orang-orang berpendidikan. Jika kita mengasumsikan bahwa Departemen Pendidikan Nasional dapat melakukan kebijakan yang positif dalam mendongkrak jumlah orang terdidik di Indonesia agar pekerja di Indonesia dapat memperoleh pendidikan minimal Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maka bukan mustahil angka 20 juta pengguna Internet di Indonesia akan di peroleh pada tahun 2003 dan angka 80 juta pengguna Internet di Indonesia dicapai pada tahun 2005. Target tahun 2003 masih cukup realistis, akan tetapi target tahun 2005 agak terlalu optimistik melihat kondisi Depdiknas pada hari ini.
Gambar. Estimasi Pertumbuhan Pengguna Internet (x1000 pengguna).
Langkah Strategis di Bidang Infrastruktur
Infrastruktur merupakan aspek utama dapat terselenggaranya pemanfaatan TI. Keberhasilan dalam penyebaran infrastruktur telekomunikasi akan menjadi kunci utama dalam mengatasi kesenjangan digital (digital divide) yang saat ini menjadi momok mengapa negara kaya informasi akan menjadi semakin kaya sedang kita yang tertinggal akan semakin tertinggal dari sisi informasi maupun kekayaan / rizki. Beberapa strategi umum yang mungkin bisa di anut dalam bidang infrastruktur ini adalah:
•    Teknologi Netral – membuka kesempatan bagi penyelenggara / operator maupun masyarakat banyak dalam memilihan teknologi. Artinya kebijakan pemerintah tidak akan membatasi jenis teknologi yang harus digunakan. Masyarakat yang akan menentukan jenis teknologi tersebut.
•    kemudahan pemanfaatan bandwidth asing baik melalui satelit maupun kabel fiber optik untuk mendapatkan harga yang kompetitif. Memang nanti akan menjadi tantangan bagi proteksi industri dalam negeri sendiri.
•    Mengembangkan kemudahan akses Internasional. Selain kemudahan landing right, kebijakan untuk melakukan usaha-usaha reciprocal dengan negara asing perlu dinegosiasikan dengan aktif.
•    Interkoneksi antar penyelenggara, antar operator, antar jasa harus dilakukan secara langsung tanpa perantara & wajib hukumnya. Jangan seperti sekarang ini SMS dari berbagai operator Selular tidak bisa saling berhubungan kecuali melalui perantara pihak ke tiga.

Beberapa program taktis yang mungkin akan sangat menarik untuk mendukung strategi umum di bidang infrastruktur ini antara lain adalah:
•    Unbundling infrastruktur & jasa telekomunikasi, tidak diperkenankan untuk melakukan bundling dari infrastruktur & jasa kepada berbagai jasa lain yang bsia merugikan kompetitor di industri infrastruktur telekomunikasi.
•    Dukungan untuk unified messaging agar terjadi interkonesi berbagai jenis messaging melalui SMS eXchange, e-mail &  fax.
•    Mewajibkan Interkoneksi antar operator dengan parameter yang relatif sederhana yaitu maksimum 3 hop yang boleh di lalui antar operator / penyelenggara.
Strategi Infrastruktur Frekuensi Radio
Infratruktur radio menjadi menarik karena masih terbatasnya ketersediaan jaringan kabel, mahalnya tarif telepon dan tariff sewa saluran. Internet melalui peralatan radio menjadi  cara paling luwes akan tetapi sangat membutuhkan manajemen dan pengaturan yang baik disamping initial cost-nya yang relatif mahal.

Beberapa strategi utama yang dapat diterapkan dalam kaitannya dengan infrastruktur radio antara lain adalah:
•    Sosialisasi & empowerment agar frekuensi dapat menjadi media yang tidak asing bagi penggunaan komunikasi data berbasis pada konsep pemanfaatan ulang (reuse) maupun pemanfaatan bersama (share) frekuensi tersebut.
•    Manajemen / perijinan alokasi frekuensi ada baiknya di permudah, lebih terbuka lagi, bahkan jika mungkin dokumen alokasi frekuensi menjadi terbuka agar lebih mudah di akses oleh masyarakat sebagai public document yang jika mungkin dapat di akses secara elektronik misalnya melalui Web.

Beberapa program taktis yang tampaknya akan menarik untuk mendukung pengembangan infrastruktur frekuensi ini antara lain adalah:
•    Penggunaan Vertical Blanking Interlace (VBI) pada transmisi TV untuk penyebaran data satu arah pada kecepatan 300Kbps. Dengan adanya penyebaran banyak sekali stasiun relay TV milik semua operator TV ini maka NetTV satu arah ini menjadi menarik untuk penyebaran content yang khusus, misalnya untuk penyebaran web teleducation / pendidikan jarak jauh, pendidikan kesehatan masyarakat maupun untuk peningkatan kualitas para medis di berbagai puskesmas, selain penyebaran berita seperti media online.
•    Program yang paling ampuh barangkali jika regulator infrastruktur telekomunikasi dapat mendorong penetapan alokasi frekuensi sesuai ITU S5 ISM (Instrumentation Scientific Medical) band yang dapat digunakan tanpa ijin. Adapun ISM band tersebut terletak pada frekuensi 2.4GHz, 5.8GHz dan 24GHz.
•    Sebaiknya penggunaan ISM Band di gratiskan untuk dunia pendidikan agar aksesibilitas dunia pendidikan ke dunia informasi menjadi mudah & murah.
Strategi Infrastruktur Kabel
Infrastruktur kabel memiliki kehandalan yang paling baik dalam penyelenggaraan jaringan mulai dari kapasitas bandwidth yang dianggap memadai sampai kapasitas bandwidth yang tidak terbatas. Contoh saluran kabel dengan kapasitas bandwidth yang memadai adalah saluran telepon yang dapat dipergunakan untuk koneksi internet dengan kecepatan maksimal 56 kbps. Kabel serat optik mampu menyalurkan trafik dengan kapasitas bandwidth yang sangat besar.

Saluran kabel relatif aman terhadap interferensi dan gangguan cuaca. Harga kabel sendiri termasuk relatif murah, namun biaya instalasi cukup besar karena harus disertai penggelaran kabel baik dalam tanah, bawah laut ataupun melalui tiang-tiang kabel.

Kami mengidentifikasi ada beberapa strategi umum yang mungkin perlu diperhatikan dalam proses penggelaran kabel ini, seperti:

•    Tidak diperkenankan mem-bundle traffik di infrastruktur kabel dengan servis di atasnya. Unbundling menjadi kunci. Dalam bahasa yang lebih sederhana infrastruktur kabel harus terbuka untuk semua jenis traffik baik suara maupun data.
•    Fungsi Pemerintah Daerah (PEMDA) menjadi penting, karena pengaturan tata ruang & perijinan berbagai jasa di daerah biasanya langsung di tangani oleh PEMDA setempat. Oleh karena itu perlu koordinasi yang cukup ketat dengan pihak PEMDA agar ada standar yang memudahkan ijin penarikan kabel. Mudah-mudahan dengan koordinasi dengan pihak PEMDA kendala di lapangan yang sering kali terjadi / terbentur karena ketidak tahuan aparat PEMDA akan peraturan / standar prosedur yang betul bisa di minimisasi.
•    Menerapkan liberalisasi pembangunan jaringan kabel baik untuk saluran internasional, domestik maupun lokal. Dengan banyaknya operator diharapkan akses menjadi lebih mudah lagi. Konsep kompetitif operator akses lokal mungkin perlu di adopsi.
•    Menerapkan insentif bagi pembangunan perluasan jaringan kabel, misalnya dengan memberikan tax holiday dan peniadaan bea masuk.

Beberapa program yang sifatnya lebih taktis yang akan sangat membantu dalam hal infrastruktur kabel antara lain adalah.
•    Untuk mengkaitan sekitar 20-80 juta orang Indonesia yang berada di pusat-pusat massa sebetulnya hanya membutuhkan 180.000 saluran untuk pusat komunitas. Dari sekian banyak saluran hanya membutuhkan 25.000 saluran untuk menginternetkan dunia pendidikan.
•    Lebih agresif untuk bergabung ke konsorsium penggelaran kabel laut khususnya untuk trafik internasional.
•    Melakukan peering dengan berbagai Internet regional.

Strategi Infrastruktur Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan titik akhir dari suatu jaringan ke terminal dimana pengguna dapat melakukan koneksi ke sumber informasi dan atau pengguna dapat melakukan pengambilan informasi. Oleh karena itu hal perlu dipertimbangkan dalam pengembangan fasilitas ini adalah kemampuan menyerap sebanyak-banyaknya pengguna TI yang menggunakan fasilitas TI sebagai sumber memperoleh informasi.atau untuk melakukan aktifitas lain. Beberapa strategi sederhana yang mungkin akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan aksesibilitas infrastruktur bagi masyarakat antara lain adalah:

•    Menekankan pembangunan aksesibilitas pada pusat-pusat komunitas, seperti komunitas pendidikan, professional dan umum (Warnet / Wartel). Fungsi Pemerintah Daerah (PEMDA) menjadi penting, karena pengaturan tata ruang & perijinan berbagai jasa di daerah biasanya langsung di tangani oleh PEMDA setempat. Oleh karena itu perlu koordinasi yang cukup ketat dengan pihak PEMDA agar ada standar yang memudahkan ijin penyelenggaraan jasa telekomunikasi seperti warung internet (WarNet) maupun Warung Telekomunikasi (Wartel). Mudah-mudahan dengan koordinasi dengan pihak PEMDA kendala di lapangan yang sering kali terjadi / terbentur karena ketidak tahuan aparat PEMDA akan peraturan / standar prosedur yang betul bisa di minimisasi.
•    Memberikan kemudahan dalam pengadaan terminal-terminal untuk akses Internet yang sering juga dikenal sebagai Internet appliance.
•    Mengembangkan konsep pembangunan managemen akses bersama seperti kecamatan net, kelurahan net dan rt/rw net.
Strategi di Bidang Regulasi
Regulator biasanya di pegang oleh pemerintah, untuk menjamin percepatan pergerakan dunia internet / IT maka ada baiknya di adopsi beberapa hal yang sifatnya umum seperti:
•    Ada baiknya pemerintah menerapkan "hands off policy" khususnya dalam aplikasi IT / Internet. Posisi pemerintah lebih sebagai fasilitator dan menekankan posisi pemerintah sebagai pengawas dan pengendali yang adil (arbitrator) daripada sebagai regulator.
•    Regulasi sedapat mungkin lebih di usahakan agar digunakan konsensus antar pemain di lapangan. Konsep ini sebetulnya mengarah kepada independen regulatory body dalam beberapa hal khususnya yang berkaitan dengan kesepakatan antar pemain di lapangan.
•    Menerapkan prinsip pembatasan ijin atau lisensi terhadap hal-hal yang terkait dengan sumber-sumber terbatas. Bagi hal-hal yang tidak dibatasi oleh sumber daya ada baiknya dilepaskan atau mempermudah lisensi-nya. Oleh karena itu kita harus memberikan kemudahan lisensi & liberalisasi bagi servis IP-based.
•    Mengadakan koordinasi yang sangat erat dengan pemerintah daerah khususnya dengan adanya otonomi daerah.


Strategi di Bidang Universal Service Obligation (USO)
Universal Service Obligation (USO) merupakan konsep pola subsidi silang di dunia telekomunikasi agar penyelenggara infrastruktur tidak hanya mengambil ke untungan saja dari infrastruktur yang di selenggarakan tapi juga memiliki tanggung jawab sosial untuk mengembangkan masyarakat yang jauh dari infrastruktur. Beberapa strategi yang mungkin dapat di adopsi dalam penerapan USO dalam dunia telekomunikasi agar pengembangan Internet / IT dapat lebih dipercepat seperti:

•    Membentuk lembaga USO yang transparan, terbuka dengan informasi yang bisa di akses oleh umum.
•    Memanfaatkan dana USO guna mempercepat tercapainya target pembangunan aksesibilitas terhadap     teknologi informasi.
•    Memberlakukan prinsip USO untuk semua penyelenggara jaringan dan jasa termasuk juga jasa Voice over IP.


0 komentar:

Posting Komentar